Thursday 26 September 2013

Legenda Lok Si Naga:Cerita Rakyat Dari Kalimantan


Legenda Lok Sinaga

Sebuah keluarga nelayan mempunyai seorang anak laki-laki. Bila mereka pergi bekerja, anaknya tinggal di rumah untuk menjaga rumah. Pada suatu hari suami-istri nelayan itu menunggu ikan-ikan memasuki alat penangkap ikan mereka yang berupa tangguk besar. sial, seekorpun tidak ada yang mau masuk. Meskipun demikian, mereka tidak mudah putus asa. Tangguknya tetap di masukan dan di angkat berulang-ulang tanpa mengenal lelah. Akhirnya, ketekunan mereka berhasil juga. Pada waktu mereka mengangkat tangguk mereka untuk ke sekian kali, ternyata di dalamnya terlihat ada sebutir telur yang amat besar.

        Karena ngeri mendapatkan benda ajaib itu, telur itu segera mereka masukan kembali ke dalam air. Anehnya, setiap kali mereka mengangkat tangguknya, setiap kali ada pula telur itu dan setiap kali segera mereka memasukkan kembali telur itu ke dalam air. Keadaan ini berulang terus, walaupun telah mereka pindahkan tangguk mereka ke tempat lain. Rupanya telur itu berkeras hati untuk tetap bersama mereka Akhirnya, karena putus asa, telur itu pun di bawa pulang.

         Setiba di rumah, dilihatnya anak tersayang mereka sedang tidur. Karena tidak mendapatkan ikan, maka telur itupun direbus. Setelah matang, telur itu mereka makan sebagai lauk teman nasi. Setelah kenyang, timbullah suatu keajaiban. Kedua suami-istri itu perlahan-lahan berganti rupa menjadi dua ekor naga yang besar. Keajaiban ini tidak menimpa putra mereka karena ia belum sempat memakan telur itu.

         Setelah terjaga dari tidurnya, anak itu pun menjadi sangat ketakutan ketika melihat keadaan orang tuanya. Ia pun menangis dengan sedihnya. Melihat itu, kedua naga itu segera menjilati pipi putera mereka yang sangat mereka kasihi itu. Setelah anaknya tenang, ayahnya menasehatinya agar tidak memakan telur di atas dulang. Telur itu adalah telur naga putih yang hidup di sungai tempat mereka mencari ikan. Siapa saja yang akan memakan telur itu akan menjadi naga seperti mereka. Setelah meninggalkan pesan itu kedua naga itupun terjun kedalam sungai untuk bertempur dengan naga putih yang telah mengubah wujud mereka.
Dua pesan lain juga mereka berikan kepada puteranya. Apabila timbul darah merah pada air sungai, itu berarti mereka kalah. Namun, bila timbul darah putih, itu berarti naga putihlah yang kalah. Tanda hasil pergulatan itu akan terlihat apabila hujan turun rintik-rintik pada hari panas dan pelangi timbul di antara langit dan bumi.

        Sepeninggal kedua orang tuanya, anak itu sering terlihat duduk termenung di pinggir sungai sambil memandang ke arah sungai. Benar saja seperti yang di katakan oleh orang tuanya. Pada suatu hari yang panas, hujan turun rintik-rintik dan ada pelangi. Terlihat air sungai berubah menjadi putih seperti air susu. Itulah tanda bahwa kedua orang tuanya telah menang dalam perkelahian maut dengan naga putih. Namun, anak itu tak dapat hidup sendiri tanpa orang tuanya. Oleh karena itu, ia tetap duduk termenung sampai akhir hayatnya.

Tamat

1 komentar:

Kamal Ansyari Abinya Naira dan Haikal said...

Khazanah cerita rakyat kandangan, hulu sungai selatan, kalimantan selatan seperti Maharaja sukarama dan raja-raja dari kerajaan negara daha, perebutan tahta pangeran samudera dengan pangeran tumenggung, legenda raja gubang, datu panglima amandit, datung suhit dan datuk makandang, datu singa mas, datu kurba, datu ramanggala di ida manggala, datu rampai dan datu parang di baru sungai raya, datu ulin dan asal mula kampung ulin, datu sangka di papagaran, datu saharaf parincahan, datu putih dan datu karamuji di banyu barau, legenda batu laki dan batu bini di padang batung, legenda gunung batu bangkai loksado, datu ning suriang pati di gambah dalam, legenda datu ayuh sindayuhan dan datu intingan bambang basiwara di loksado, kisah datu ning bulang di hantarukung, datu durabu di kalumpang, datu baritu taun dan datu patinggi di telaga langsat, legenda batu manggu masak mandin tangkaramin di malinau, kisah telaga bidadari datu awang sukma di hamalau, kisah gunung kasiangan di simpur, kisah datu kandangan dan datu kartamina, datu hamawang dan datu balimbur serta sejarah mesjid quba, tumenggung antaludin dan tumenggung mat lima mempertahankan benteng gunung madang, panglima bukhari dan santar dalam perang amuk hantarukung di simpur, datu naga ningkurungan luk sinaga di luk loa, datu singa karsa dan datu ali ahmad di pandai, datu buasan dan datu singa jaya di hampa raya, datu haji muhammad rais di bamban, datu janggar di malutu, datu bagut di hariang, datu abbas dan sejarah mesjid ba angkat di wasah, dakwah penyebaran agama islam datu taniran di angkinang, datu balimau di kalumpang, datu daha, datu kubah dingin, makam habib husin di tengah pasar kandangan, kubur habib ibrahim nagara dan kubah habib abu bakar lumpangi, kubur enam orang pahlawan di ta’al, makam keramat bagandi, kuburan tumpang talu di parincahan, pertempuran garis demarkasi dan kubur Brigjen H.M. Yusi di karang jawa, pahlawan wanita aluh idut di tinggiran, panglima dambung di padang batung, gerombolan Ibnu hajar, sampai cerita tentang perang kemerdekaan Divisi IV ALRI oleh pejuang-pejuang kandangan yang banyak tersebar di banua amandit yang dipimpin Brigjend H. Hasan Basery di telaga langsat, karang jawa, jambu, ambutun, ambarai, mandapai, padang batung, ni’ih, simpang lima, sungai paring, mawangi, tabihi, durian rabung, munggu raya dan pembacaan teks proklamasi kemerdekaan Kalimantan 17 Mei di Kandangan. Semuanya adalah salah satu aset budaya dan sejarah bagi Kalimantan Selatan.

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | coupon codes